seperti telaga
yang airnya senantiasa bergerak karena tiupan angin
mungkin pelan
tapi menyimpan kegelisahan
seperti telaga
mencoba menjaga jernih airnya
meski kadang menahan lara
17 October 2006
16 October 2006
karena cintaNya
waktu terasa berhenti berputar
ketika bilangan menit menjelma hari
mendekap rinduku
karena cintaNya
jakarta, 14 oktober 2006
Dia yang Maha Berkehendak, Dia pemilik hatiku
ketika bilangan menit menjelma hari
mendekap rinduku
karena cintaNya
jakarta, 14 oktober 2006
Dia yang Maha Berkehendak, Dia pemilik hatiku
13 October 2006
bukan bidadari
membaca tuturnya
dalam 7 halaman rangkaian cita dan cinta
tergores rapi dan sarat arti
membaca tuturnya
menyekat semua kata yang ku punya
meneteskan air mata
sepertinya begitu sempurna
hingga aku merasa tak layak untuknya
tak layak tuk jadi bidadari dambaannya
Rabb, cintaku padaMu belum lah seberapa
dan ketika Kau pilihkan dia untukku
hati ini bertanya
mampukah aku menjadi bidadarinya?
dalam 7 halaman rangkaian cita dan cinta
tergores rapi dan sarat arti
membaca tuturnya
menyekat semua kata yang ku punya
meneteskan air mata
sepertinya begitu sempurna
hingga aku merasa tak layak untuknya
tak layak tuk jadi bidadari dambaannya
Rabb, cintaku padaMu belum lah seberapa
dan ketika Kau pilihkan dia untukku
hati ini bertanya
mampukah aku menjadi bidadarinya?
09 October 2006
dialog purnama
menatapmu,
mengukir sosoknya dalam gelap rasa
bertutur dengannya sejujur hati
tentang rindu yang tak terucap
dengan jiwa yang terperangkap
tentang cinta yang mencari makna
dengan jiwa yang meminta
bukan.
bukan ku tak tahu
ku hanya ingin menutup mata dan telinga
agar jiwa ini tetap terjaga
untuk dia, nantinya
jakarta, 8 oktober 2006
enjoying fullmoon in front of my window, just like usual, paint my yearning
mengukir sosoknya dalam gelap rasa
bertutur dengannya sejujur hati
tentang rindu yang tak terucap
dengan jiwa yang terperangkap
tentang cinta yang mencari makna
dengan jiwa yang meminta
bukan.
bukan ku tak tahu
ku hanya ingin menutup mata dan telinga
agar jiwa ini tetap terjaga
untuk dia, nantinya
jakarta, 8 oktober 2006
enjoying fullmoon in front of my window, just like usual, paint my yearning
kepada siapa?
menatap langit dalam keterbatasan pandangan
pesona kekuningan meretas biru yang maha luas
ku cari dirimu dalam pandang persegi yang ku punya
di antara baris kaca jendela
tak ada...
tak tampak dirimu yang ku cari
barisan kaca tak izinkanku kagumi pesonamu di langit barat
bagiku kau tetap dengan seribu pesona
meski sabit...
separuh...
apalah lagi purnama
pesona yang memaksaku luruh dalam biru haru
kini kau tak ada lalu kepada siapakah kutitipkan rinduku?
jakarta, 25 juni 2006
pesona kekuningan meretas biru yang maha luas
ku cari dirimu dalam pandang persegi yang ku punya
di antara baris kaca jendela
tak ada...
tak tampak dirimu yang ku cari
barisan kaca tak izinkanku kagumi pesonamu di langit barat
bagiku kau tetap dengan seribu pesona
meski sabit...
separuh...
apalah lagi purnama
pesona yang memaksaku luruh dalam biru haru
kini kau tak ada lalu kepada siapakah kutitipkan rinduku?
jakarta, 25 juni 2006
tahukah kau?
tahukah kau?
malam ini ku lihat tawa itu
tepat di hadapanku
dan ditujukan untukku
membuat poranda rasa
setelah belasan bulan pertemuan ku lihat juga tawa itu
setelah belasan bulan menyimpan resah
menatap benteng angkuh dirimu
terjalin juga ikatan itu
jakarta, awal juli 2006
untuk seseorang, ternyata... kita bisa juga berteman ya?:D
malam ini ku lihat tawa itu
tepat di hadapanku
dan ditujukan untukku
membuat poranda rasa
setelah belasan bulan pertemuan ku lihat juga tawa itu
setelah belasan bulan menyimpan resah
menatap benteng angkuh dirimu
terjalin juga ikatan itu
jakarta, awal juli 2006
untuk seseorang, ternyata... kita bisa juga berteman ya?:D
merindu yang tiada
untuk yang ke sekian kali
rindu terasa hampa
dan cinta...
kembali dipertanyakan
malam-malam kembali sepi
larut dalam mimpi yang membawa gelisah
ketika nurani berontak pada hati yang kaku
untuk yang ke sekian kali
menatap telaga cinta
berharap airnya beriak
memercik rindu pada jiwa yang beku
jakarta, 8 juli 2006
semoga seiring terbitnya mentari pagi, kebekuan itu pun mencair
rindu terasa hampa
dan cinta...
kembali dipertanyakan
malam-malam kembali sepi
larut dalam mimpi yang membawa gelisah
ketika nurani berontak pada hati yang kaku
untuk yang ke sekian kali
menatap telaga cinta
berharap airnya beriak
memercik rindu pada jiwa yang beku
jakarta, 8 juli 2006
semoga seiring terbitnya mentari pagi, kebekuan itu pun mencair
kerucut kecil dan lengkung pelangi
entah untuk yang ke berapa kali
kerucut kecil muncul kembali
bersama dengan lengkung pelangi
menghias bibir ini
bumi serasa sempit
nikmatMu tidak lagi berasa legit
yang tertinggal hanya luka
berbalut benci yang mengangkasa
Rabbi... sudah sedemikian keraskah hati ini?
hingga hanya karena teguran kecilMu,
kulupakan limpahan nikmatMu
kubiarkan nafsu menguasai hatiku
bahkan isya' pun kutunaikan hampir di akhir waktu
aq hanya bisa tergugu
di atas sajadah yang membeku
mencoba menghadirkan penyesalan yang terasa berat
dengan butir2 bening yang datang terlambat
Rabbi... kupinta ampunanMu dengan segala gelisahku
kupinta bimbinganMu untuk segala raguku
kupinta kuatkan cintaku padaMu dengan segala kelemahanku
jakarta, 28 desember 2005
untuk orang2 yang terdzolimi karena kerucut kecil dan lengkung pelangiku;
maafkan diri yang lemah ini...
kerucut kecil muncul kembali
bersama dengan lengkung pelangi
menghias bibir ini
bumi serasa sempit
nikmatMu tidak lagi berasa legit
yang tertinggal hanya luka
berbalut benci yang mengangkasa
Rabbi... sudah sedemikian keraskah hati ini?
hingga hanya karena teguran kecilMu,
kulupakan limpahan nikmatMu
kubiarkan nafsu menguasai hatiku
bahkan isya' pun kutunaikan hampir di akhir waktu
aq hanya bisa tergugu
di atas sajadah yang membeku
mencoba menghadirkan penyesalan yang terasa berat
dengan butir2 bening yang datang terlambat
Rabbi... kupinta ampunanMu dengan segala gelisahku
kupinta bimbinganMu untuk segala raguku
kupinta kuatkan cintaku padaMu dengan segala kelemahanku
jakarta, 28 desember 2005
untuk orang2 yang terdzolimi karena kerucut kecil dan lengkung pelangiku;
maafkan diri yang lemah ini...
06 October 2006
takut
bukan kau yang mengulurkan tangan
tapi aku lah yang memintanya
bukan kau yang menyediakan bahumu tuk bersandar
tapi aku lah yang memintanya
semua....
selalu aku yang meminta
dan selalu...
kau berikan semuanya
sedemikian lemahnya kah aku?
hingga aku selalu harus memintamu?
meski kau tak pernah berkeberatan
meski kau tak pernah mengeluh
aku hanya takut...
tidak bisa melepaskan diri darimu
tapi aku lah yang memintanya
bukan kau yang menyediakan bahumu tuk bersandar
tapi aku lah yang memintanya
semua....
selalu aku yang meminta
dan selalu...
kau berikan semuanya
sedemikian lemahnya kah aku?
hingga aku selalu harus memintamu?
meski kau tak pernah berkeberatan
meski kau tak pernah mengeluh
aku hanya takut...
tidak bisa melepaskan diri darimu
sebelah sayap
pagi ini aku menatap hampa
kehabisan kata
memaknai airmata yang enggan berhenti
pagi ini harus ku akui semuanya
bahwa aku kehilangan dirimu
bahwa dirimu berarti banyak bagiku
bahwa kau pergi dengan membawa sebelah sayapku
kehabisan kata
memaknai airmata yang enggan berhenti
pagi ini harus ku akui semuanya
bahwa aku kehilangan dirimu
bahwa dirimu berarti banyak bagiku
bahwa kau pergi dengan membawa sebelah sayapku
Subscribe to:
Posts (Atom)