05 May 2007

bengawan (5)

di ujung jalan yang tenggelam
aku menikmati kota bengawan
dengan limpahan rahmat-Nya
dalam cinta-Nya yang agung

aku terdampar
namun tak pernah kusesalkan

bengawan (4)

aku tenggelam bersama bagian dirimu
di sebuah ujung jalan yang tenggelam

namun tidakkah kau sadari
betapa kau terlalu mempesona saat kuselami
bukan saat kulihat dari lapis kulit luarmu

ku rela habiskan beberapa waktu dari hidupku
untuk membelaimu
serta menelusuri kharisma kotamu

kota yang berseri
kota yang selalu di hati
tempat pertemanan baru
tempat ukhuwah berpadu

bengawan (3)

hari senantiasa bergulir dengan lambat
saat kita mulai mengikat

sadarku bahwa kau adalah pilihanku
menyemangati jiwa ini
untuk terus memeluk hangatnya cintamu

aku terdampar
aku terjebak
di pulau yang sangat asing bagiku
yang selalu kubanding dengan kebebasan jiwaku dulu

aku terdampar
aku terjebak
ini awal mula diriku yang baru?

aku tak bisa terima
aku ingin sedapatnya melepaskanmu
meski aku tak yakin akan kemampuanku

tapi...
kenapa aku tak perhatikan senja-mu?
kenapa pula aku tak perhatikan fajar-mu?

saat senja ku menemukan jalinan
saat fajar ku menemukan semangat

ternyata
pikirku tak seluas apa yang kudapatkan
di kota bengawan yang menawan

bengawan (2)

awal mula kita bertemu
menyisakan keraguanku

apakah aku harus terus bersamamu
sedangkan memori lamaku tersibak
dalam hari demi hari pertama
saat aku menyusuri jalan-jalanmu

keraguanku tak bertahan lama
aku lebih memilih memulai segala hal baru
yang nampak asing di mataku
dan menyelam dalam lautan indah
ukhuwah

bengawan (1)

menyebut namamu
terlintas kelembutanmu
bagai seorang putri yang teduh

bahkan aku mau melewati panas yang membara
untuk menujumu
saat itu

kau ucapkan selamat datang padaku
dengan senyum keramahan
serta ukhuwah yang tak pernah padam